Shalat Sebagai Representasi Jasmani dan Rohani
Mengapa shalat sebagai representasi jasmani dan rohani, karena shalat bukanlah gerakan-gerakan olah raga, bukan peraturan kaku yang tak bernyawa, bukan disiplin militer di mana kehendak dan pilihan pribadi tak punya tempat, akan tetapi ia adalah perbuatan yang mencakup ekspresi tiga aspek eksistensi manusia.
Fisik, mental dan spiritual, itulah ekspresi eksistensi manusai dalam shalat. Fisik, akal dan hati, semuanya berpartisipasi dalam perbuatan "Shalat". Fisik memegang peranan dalam berdiri, membungkuk untuk ruku' dan sujud. Lidah bertugas mengucapkan bacaan dan tasbih. Akal berperan dalam tafakur dan merenung serta memahami apa yang diucapkan. Hati ambil bagian dalam khusyuk, merasakan takut, penyesalan dan juga merasakan nikmatnya shalat. Allah telah memberi tugas masing-masing, sebaimana tercantum dalam Frman-Nya.
"Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk". (QS. Al-Baqarah : 238)
"Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapat kemenangan". (QS. Al-Hajj : 77)
Dan semua ini adalah tugas fisik.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan". (QS. An-Nisa' : 43)
Maka Allah menash-kan bahwa shalat harus dikerjakan dalam keadaan normal akal dan perasaan, dan ini adalah tugas akal.
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya". (QS. Al-Mukminun : 1-2)
Dan khusyuk ini adalah tugas hati.
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka". (QS. As-Sajadah :16)
Dari uraian diatas, jelas bahwa shalat tidak sekedar gerakan tanpa makna, justru sebaliknya melalui shalat kita akan mendapatkan makna sesungguhnya dalam hidup. (acr*)
Fisik, mental dan spiritual, itulah ekspresi eksistensi manusai dalam shalat. Fisik, akal dan hati, semuanya berpartisipasi dalam perbuatan "Shalat". Fisik memegang peranan dalam berdiri, membungkuk untuk ruku' dan sujud. Lidah bertugas mengucapkan bacaan dan tasbih. Akal berperan dalam tafakur dan merenung serta memahami apa yang diucapkan. Hati ambil bagian dalam khusyuk, merasakan takut, penyesalan dan juga merasakan nikmatnya shalat. Allah telah memberi tugas masing-masing, sebaimana tercantum dalam Frman-Nya.
Wakuumu lillahi qoonitiin
"Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk". (QS. Al-Baqarah : 238)
Yaa ayyuhalladziina aamanurka'u wasjuduu wa'buduu robbakum waf'alul khoiro la'allakum tuflikhuun.
"Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapat kemenangan". (QS. Al-Hajj : 77)
Dan semua ini adalah tugas fisik.
Yaa ayyuhalladziina aamanu laa taqrobussholaata wa angtum sukaaraa khatta ta'lamuu maa takuuluun.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan". (QS. An-Nisa' : 43)
Maka Allah menash-kan bahwa shalat harus dikerjakan dalam keadaan normal akal dan perasaan, dan ini adalah tugas akal.
Kod aflakhal mu'minuuna. alladziina hum fii sholaatihim khoosi'uun.
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya". (QS. Al-Mukminun : 1-2)
Dan khusyuk ini adalah tugas hati.
Tatajaa fii junuubuhum anil madooji'i yad uuna robbahum khoufan watoma'an wamimma rojaqnaahum yungfikuun.
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka". (QS. As-Sajadah :16)
Dari uraian diatas, jelas bahwa shalat tidak sekedar gerakan tanpa makna, justru sebaliknya melalui shalat kita akan mendapatkan makna sesungguhnya dalam hidup. (acr*)
0 Response to "Shalat Sebagai Representasi Jasmani dan Rohani"
Post a Comment