Sikap Rosulullah Terhadap Kekayaan
Sikap Rosulullah terhadap kekayaan dan keluarga merupakan penjelasan khusus dari pandangan Rosul. Perlu diingat bahwa beliau memiliki kasih sayang sangat besa terhadap umatnya, dan termasuk orang yang paling berperasaan. Di samping itu beliau pernah bersabda:
"Yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga, dan di antara kalian akulah yang paling baik terhadap keluargaku". (HR. Tirmidzi dan Ad-Daramy dari Aisyah ra. Juga diriwayatkan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)
Ini adalah seorang sikap laki-laki yang keluhuran, kemuliaan, dan kekuasaannya sebagai mahluk Allah merupakan kenyataan mutlak dan jelas. Moralnya adalah moral Illahi (Qur'ani) dan selalu memperingatkan akan datangnya hari kebangkitan dan pengadilan di akhirat nanti.
Firman Allah:
"(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy-Syu'ara: 88-89)
Rosulullah SAW. lebih tidak sabar lagi menunggu datangnya hari kemudian daripada burung menunggu sarangnya, setelah seharian penuh bekerja keras. sebagaimana firman Allah berikut ini:
"Ya Allah, tidak ada kebahagiaan atau kenikmatan selain kenikmatan dari hari kemudian (Akherat)".
Menurut Rosulullah, kekayaan itu tidak lebih penting dari buih di lautan atau kotoran telapak tangan. Baginya, seluruh umat manusia adalah keluarga, dan Nabi memandang dirinya sebagai penjaga dan pelindung anak yatim dan kaum fakir-miskin. Beliau selalu mengharapkan kesenangan dan kebahagiaan pada orang lain, sedang untuk keluarganya sendiri hanyalah sebuah kemiskinan.
Seringkali Nabi menangis di dalam lubuk hatinya:
(Apa yang aku sukai adalah), aku bisa makan kenyang (secukupnya) dan di lain hari aku tidak makan sama sekali.
"Ya Allah berikannlah kepada keturunan Muhammad persediaan makanan hanya sebanyak yang diperlukan untuk mempertahankan hidup".
Tanpa ragu lagi, Rosulullah menyampaikan firman Allah kepada isteri-isteri beliau:
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rosul-Nya serta (kesenangan ) di negeri akherat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar". (QS. Al-Ahzab : 28-29)
Dan isteri-isteri Nabi yang shalihah, dengan rela hati memilih hidup dengan beliau tidak dengan orang tua atau saudara-saudaranya yang mempunyai kekayaan berlimpah.
"Yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga, dan di antara kalian akulah yang paling baik terhadap keluargaku". (HR. Tirmidzi dan Ad-Daramy dari Aisyah ra. Juga diriwayatkan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)
Ini adalah seorang sikap laki-laki yang keluhuran, kemuliaan, dan kekuasaannya sebagai mahluk Allah merupakan kenyataan mutlak dan jelas. Moralnya adalah moral Illahi (Qur'ani) dan selalu memperingatkan akan datangnya hari kebangkitan dan pengadilan di akhirat nanti.
Firman Allah:
"(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy-Syu'ara: 88-89)
Rosulullah SAW. lebih tidak sabar lagi menunggu datangnya hari kemudian daripada burung menunggu sarangnya, setelah seharian penuh bekerja keras. sebagaimana firman Allah berikut ini:
"Ya Allah, tidak ada kebahagiaan atau kenikmatan selain kenikmatan dari hari kemudian (Akherat)".
Menurut Rosulullah, kekayaan itu tidak lebih penting dari buih di lautan atau kotoran telapak tangan. Baginya, seluruh umat manusia adalah keluarga, dan Nabi memandang dirinya sebagai penjaga dan pelindung anak yatim dan kaum fakir-miskin. Beliau selalu mengharapkan kesenangan dan kebahagiaan pada orang lain, sedang untuk keluarganya sendiri hanyalah sebuah kemiskinan.
Seringkali Nabi menangis di dalam lubuk hatinya:
(Apa yang aku sukai adalah), aku bisa makan kenyang (secukupnya) dan di lain hari aku tidak makan sama sekali.
"Ya Allah berikannlah kepada keturunan Muhammad persediaan makanan hanya sebanyak yang diperlukan untuk mempertahankan hidup".
Tanpa ragu lagi, Rosulullah menyampaikan firman Allah kepada isteri-isteri beliau:
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rosul-Nya serta (kesenangan ) di negeri akherat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar". (QS. Al-Ahzab : 28-29)
Dan isteri-isteri Nabi yang shalihah, dengan rela hati memilih hidup dengan beliau tidak dengan orang tua atau saudara-saudaranya yang mempunyai kekayaan berlimpah.
0 Response to "Sikap Rosulullah Terhadap Kekayaan"
Post a Comment