Puasa dan Pengendalian Diri
Nabi Muhammad Saw., sebagaimana yang diriwayatkan oleh Hakim bersabda:
“Puasa itu bukanlah hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu ialah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Hakim)
Itulah puasa yang berkualitas, artinya ia tidak hanya sekadar menahan rasa lapar dan dahaga serta berhubungan seksual (pasangan suami isteri), tetapi juga mencegah dari segala perbuatan yang sia-sia serta perbuatan yang kotor dan keji.
Bukankan shalat pun dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar sebagaimana dinyatakan di dalam Alqur’an? Sudah semestinya orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh karena Allah Swt. Semata, maka puasa seseorang dapat mencegah melakukan perbuatan keji dan mungkar sebagaimana hadits di atas.
Bahwa masih sering terjadinya pelanggaran hokum, norma, moral, dan etika (perbuatan keji dan mungkar) yang dilakukan oleh orang yang menjalankan puasa, maka jelaslah bahwa puasa orang tersebut tidak masuk dalam kategori ini. Puasa orang semacam itu bukan ditunjukan kepada Allah Swt., tetapi karena riya’ (ingin mendapat pujian orang lain). Akibatnya tidak melahirkan ketakwaan, yaitu patuh atau taat menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya.
Memang, berdasarkan berbagai penelitian ilmiah ternyata puasa itu meningkatkan kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual (WHO, 1984). Dengan berpuasa, orang akan terbebas dari beban rasa bersalah dan berdosa karena perbuatannya di masa lampau. Hal itu sesuai dengan hadits Nabi Muhammad Saw. sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim:
“Barang siapa yang telah menjalankan ibadah puasa dengan sempurna serta ikhlas karena Allah semata, maka Allah mengampuni dosa-dosa tahun sebelumnya.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Dengan demikian, terkait dengan pengendalian diri sendiri, semestinya orang yang berpuasa mampu melawan hawa nafsu berupa godaan harta, tahta, dan wanita. Karena puasa pada hakikatnya merupakan jalan penyucian diri, penghapusan kesalahan-kesalahan dan dosa yang dilakukan manusia.
“Puasa itu bukanlah hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu ialah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Hakim)
Itulah puasa yang berkualitas, artinya ia tidak hanya sekadar menahan rasa lapar dan dahaga serta berhubungan seksual (pasangan suami isteri), tetapi juga mencegah dari segala perbuatan yang sia-sia serta perbuatan yang kotor dan keji.
Bukankan shalat pun dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar sebagaimana dinyatakan di dalam Alqur’an? Sudah semestinya orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh karena Allah Swt. Semata, maka puasa seseorang dapat mencegah melakukan perbuatan keji dan mungkar sebagaimana hadits di atas.
Bahwa masih sering terjadinya pelanggaran hokum, norma, moral, dan etika (perbuatan keji dan mungkar) yang dilakukan oleh orang yang menjalankan puasa, maka jelaslah bahwa puasa orang tersebut tidak masuk dalam kategori ini. Puasa orang semacam itu bukan ditunjukan kepada Allah Swt., tetapi karena riya’ (ingin mendapat pujian orang lain). Akibatnya tidak melahirkan ketakwaan, yaitu patuh atau taat menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya.
Memang, berdasarkan berbagai penelitian ilmiah ternyata puasa itu meningkatkan kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual (WHO, 1984). Dengan berpuasa, orang akan terbebas dari beban rasa bersalah dan berdosa karena perbuatannya di masa lampau. Hal itu sesuai dengan hadits Nabi Muhammad Saw. sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim:
“Barang siapa yang telah menjalankan ibadah puasa dengan sempurna serta ikhlas karena Allah semata, maka Allah mengampuni dosa-dosa tahun sebelumnya.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Dengan demikian, terkait dengan pengendalian diri sendiri, semestinya orang yang berpuasa mampu melawan hawa nafsu berupa godaan harta, tahta, dan wanita. Karena puasa pada hakikatnya merupakan jalan penyucian diri, penghapusan kesalahan-kesalahan dan dosa yang dilakukan manusia.
0 Response to "Puasa dan Pengendalian Diri"
Post a Comment