Komunikasi Profetik
Komunikasi Profetik
Komunikasi profetik merupakan istilah baru dalam khazanah ilmu komunikasi, yang mengacu pada pola komunikasi kenabian Rosulullah Muhammad SAW yang sarat dengan kandungn nilai dan etika. Komunkasi profetik merupakan kerangka baru praktik ilmu komunikasi dalam perspektif Islam yang terintegrasi-terintegrasi dengan kajian ilmu komunikasi yang sudah berkembang sebelumnya.
Komunikasi profetik adalah sebuah ilmu yang mencoba meniru tanggung jawab sosial Nabi berdasarkan komunikasinya, komunikasi profetik terbentuk dalam wujud ilmu integralistik yang menyatukan wahyu Tuhan dan akal pikiran manusia dan menjadi pelengkap ilmu sosial yang tengah berkembang saat ini.
Terdapat tiga pilar dalam komunikasi profetik, yaitu:
1. Humanisasi (amar ma’ruf), yang berarti memanusiakan manusia, menghilangkan dan menghalangi ketergantungan, kekerasan, dan kebencian dari manusia. Dengan melawan tiga hal yaitu dehumanisasi (objektivasi teknologis, ekonomis, budaya, atau negara), agresivitas (agresivitas kolektif, dan kriminalitas), loneliness (privatisasi, individuasi).
2. Liberasi (nabi munkar), memiliki makna membebaskan, membebaskan manusia dari kekejaman.
3. Transedensi (tu’minu billah), mempunyai makna teologis, yakni ketuhanan, maksudnya bermakna beriman kepada Allah SWT.
Asal-Usul Komunikasi Profetik
Secara historis, komunikasi merupakan instrumen yang integral dari islam sejak kelahiran islam sebagai gerakan relegius. Al-Qur’an merupakan sumber utama untuk menjelaskan praktik dan aturan (teorisasi) komunikasi. Secara transendental, ada dua tipe utama pemahaman komunikasi timbal balik antar Tuhan dan manusia. Pertama, bersifat linguistik verbal, yaitu menggunakan tutur bahasa yang dapat dipahami manusia. Kedua, bersifat nonverbal, yaitu menggunakan tanda-tanda alam.
Dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa usia komunikasi sebagai praktek pentebaran informasi sama tuanya dengan usia manusia. Bahkan sebelum manusia tercipta, komunikasi sudah terlebih dahulu ada. Hal tersebut dapat kita temui dalam kisah komunikasi antara Allah SWT dengan iblis ketika menciptakan Nabi Adam sebagai manusia pertama. Inilah yang kemudian menimbulkan ambiguitas dan paradoks, jika komunikasi sudah ada sejak manusia tercipta. Rahasia dibalik konvergensi-interkoneksi keilmuan tersebut terletak pada luasnya khazanah keilmuan Allah SWT yang belum terjamah dan tersentuh oleh manusia. Masih banyak keilmuan Allah SWT tersebut yang perlu didekati dan diungkap kebenarannya. Untuk berupaya “mendekati” Allah SWT dalam mengungkapkan sebagian tabir rahasia keilmuan yang dimiliki-Nya. Pendekatan inilah yang diberi nama dengan istilah “komunikasi Profetik”.
Referensi:
1. https://www.bukukita.com/Non-Fiksi-Lainnya/Komunikasi/83945-Komunikasi-Profetik-:-Konsep-dan-Pendekatan.html
2. http://assignment31.blogspot.com/2018/01/komunikasi-profetik-beserta-contohnya.html
3. http://amarsuteja.blogspot.com/2012/12/asal-usul-komunikasi-profetik-dan.html
Komunikasi profetik merupakan istilah baru dalam khazanah ilmu komunikasi, yang mengacu pada pola komunikasi kenabian Rosulullah Muhammad SAW yang sarat dengan kandungn nilai dan etika. Komunkasi profetik merupakan kerangka baru praktik ilmu komunikasi dalam perspektif Islam yang terintegrasi-terintegrasi dengan kajian ilmu komunikasi yang sudah berkembang sebelumnya.
Komunikasi profetik adalah sebuah ilmu yang mencoba meniru tanggung jawab sosial Nabi berdasarkan komunikasinya, komunikasi profetik terbentuk dalam wujud ilmu integralistik yang menyatukan wahyu Tuhan dan akal pikiran manusia dan menjadi pelengkap ilmu sosial yang tengah berkembang saat ini.
Terdapat tiga pilar dalam komunikasi profetik, yaitu:
1. Humanisasi (amar ma’ruf), yang berarti memanusiakan manusia, menghilangkan dan menghalangi ketergantungan, kekerasan, dan kebencian dari manusia. Dengan melawan tiga hal yaitu dehumanisasi (objektivasi teknologis, ekonomis, budaya, atau negara), agresivitas (agresivitas kolektif, dan kriminalitas), loneliness (privatisasi, individuasi).
2. Liberasi (nabi munkar), memiliki makna membebaskan, membebaskan manusia dari kekejaman.
3. Transedensi (tu’minu billah), mempunyai makna teologis, yakni ketuhanan, maksudnya bermakna beriman kepada Allah SWT.
Asal-Usul Komunikasi Profetik
Secara historis, komunikasi merupakan instrumen yang integral dari islam sejak kelahiran islam sebagai gerakan relegius. Al-Qur’an merupakan sumber utama untuk menjelaskan praktik dan aturan (teorisasi) komunikasi. Secara transendental, ada dua tipe utama pemahaman komunikasi timbal balik antar Tuhan dan manusia. Pertama, bersifat linguistik verbal, yaitu menggunakan tutur bahasa yang dapat dipahami manusia. Kedua, bersifat nonverbal, yaitu menggunakan tanda-tanda alam.
Dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa usia komunikasi sebagai praktek pentebaran informasi sama tuanya dengan usia manusia. Bahkan sebelum manusia tercipta, komunikasi sudah terlebih dahulu ada. Hal tersebut dapat kita temui dalam kisah komunikasi antara Allah SWT dengan iblis ketika menciptakan Nabi Adam sebagai manusia pertama. Inilah yang kemudian menimbulkan ambiguitas dan paradoks, jika komunikasi sudah ada sejak manusia tercipta. Rahasia dibalik konvergensi-interkoneksi keilmuan tersebut terletak pada luasnya khazanah keilmuan Allah SWT yang belum terjamah dan tersentuh oleh manusia. Masih banyak keilmuan Allah SWT tersebut yang perlu didekati dan diungkap kebenarannya. Untuk berupaya “mendekati” Allah SWT dalam mengungkapkan sebagian tabir rahasia keilmuan yang dimiliki-Nya. Pendekatan inilah yang diberi nama dengan istilah “komunikasi Profetik”.
Referensi:
1. https://www.bukukita.com/Non-Fiksi-Lainnya/Komunikasi/83945-Komunikasi-Profetik-:-Konsep-dan-Pendekatan.html
2. http://assignment31.blogspot.com/2018/01/komunikasi-profetik-beserta-contohnya.html
3. http://amarsuteja.blogspot.com/2012/12/asal-usul-komunikasi-profetik-dan.html
0 Response to "Komunikasi Profetik"
Post a Comment