Teknologi Augmented Reality (Peta Topografi Interaktif)
Gambar Ilustrasi. Augmentes Reality |
Teknologi Augmented Reality (Peta Topografi Interaktif)
Topografi adalah bidang ilmu pengetahuan tentang permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit, dan asteroid. Topografi dipelajari di sekolah dan cukup sulit dipahami karena membutuhkan imajinasi untuk mengerti arti peta kontur dan garis peta kontur yang ada. Untuk membangkitkan motivasi siswa mempelajari topografi, dirancang sebuah aplikasi pengenalan peta topografi interaktif dengan fitur 3D menggunakan teknologi Augmented reality. Metode peneltian yang digunakan adalah metode analisis dan metode perancangan. Hasil yang dicapai adalah sebuah aplikasi pengenalan peta topografi yang berbasis augmented reality. Kesimpulan yang dapat diambil adalah kegiatan belajar mengajar dapat menjadi lebih menarik dengan adanya fitur 3D sehingga siswa dapat lebih mudah mengenali arti garis kontur dalam peta topografi.
1. WebGIS
SIG juga berbentuk virtual geospasial beserta produk keluarannya juga berupa sintetis terhadap dunia nyata mengenai fenomena geografi. Dalam dunia maya, SIG yang saling terhubung melalui jaringan seperti internet hadir dalam wujud WebGIS atau WebMapping dan berbagai bentuk produk lainnya. Eksistensi SIG dalam dunia maya mendasari persepsi lahirnya koordinat geografis secara virtual pada geosocial networking maupun Internet of Think.
Indonesia sudah menerapkan prinsip cybergeografi Dimana aplikasi SIG berbasis Web sudah digunakan seperti penggunaan Software ArcGIS, tepatnya Arcgis Server, yang merupakan salah satu bentuk dasar atau platform (berbayar) dibuat oleh ESRI dan digunakan untuk membuat atau membangun aplikasi GIS berbasis internet (web). Jaringan data yang dibuat sudah cukup besar seperti adanya Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN). Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN) adalah sistem pengelolaan data spasial secara bersama, tertib, terukur, berkesinambungan, dan berdaya guna. JDSN, yang terdiri atas simpul jaringan dan penghubung berfungsi sebagai sarana pertukaran dan penyebarluasan data spasial. JDSN akan sangat bermanfaat baik bagi pemerintah maupun swasta. Integrasi data spasial akan membantu dalam melakukan analisis, seperti penanganan bencana, epidemi, maupun peta kemiskinan.
2. Geocoding, Geotagging, dan Geolocation
Jaringan geososial memungkinkan pengguna untuk dapat berinteraksi terhadap aktivitas disekitar lokasi mereka secara real-time. Layanan web peta (web mapping) dengan data dari geocoding untuk pencarian lokasi (jalan, bangunan, taman, dll) dapat menggunakan informasi geotag sebagai penanda lokasi (pertemuan, acara, atau mengulas lokasi). Mengakses informasi lokasi dapat membuat pengguna menemukan tempat yang sesuai atau kegiatan yang sedang berlangsung.Aplikasi geososial yang populer seperti yelp, gowalla, facebook places, google+ dan foursquare memungkinkan pengguna untuk berbagi lokasi mereka dan juga rekomendasi untuk lokasi tempat tertentu.
Aplikasi lainnya seperti layanan google map, google earth, Waze, layanan share location di Whatsup, BBM, Facebook, instagram dan sebagainya. Beberapa aplikasi transportasi yang berbasis Online seperti Go-jek, Grab, Uber, Naxi dan sebagainya menggunakan prinsip yang sama.
3. Kombinasi dengan Virtual Reality, Augmented Reality dan GIS
Virtual reality (VR) adalah teknologi dimana komputer menghasilkan dunia maya dan pengguna dapat berinteraksi dengannya, tentunya menggunakan perangkat khusus, sedangkan Augmented Reality (AR) adalah teknologi dimana komputer menghasilkan lapisan tambahan/komponen digital di atas sebuah realitas dan membuatnya lebih bermakna melalui kemampuan untuk berinteraksi dengan kompunen digital tersebut.
Augmented Reality dan Virtual Reality sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memberikan pengalaman virtualisasi terhadap pengguna, meskipun keduanya sedikit berbeda dalam penyampaiannya. Dengan AR, pengguna dapat terus berhubungan dengan dunia nyata dan berinteraksi dengan benda-benda virtual disekitarnya. Sedangkan VR, pengguna seperti terisolasi dari dunia nyata dan betul-betul masuk ke dalam dunia baru. Penerapan VR seperti simulasi pesawat terbang, sedangkan AR seperti Games. Perpaduan antara GIS dan AR serta VR memberikan sisi visualisasi yang baru dan unik, hal ini dapat dilihat dari beberapa aplikasi yang menggunakan prinsip integrasi tersebut, sebagai berikut.
4. AR Sandbox
AR Sandbox adalah hasil dari sebuah proyek yang didanai oleh NSF untuk pendidikan sains informal untuk danau air tawar dan sains daerah aliran sungai yang dikembangkan oleh UC Davis 'W.M. Keck Pusat Visualisasi Aktif di Ilmu Bumi (KeckCAVES), bersama dengan UC Davis Tahoe Environmental Research Center, Lawrence Hall of Science, dan ECHO Lake Aquarium and Science Center. Proyek ini menggabungkan aplikasi visualisasi 3D dengan pameran sandbox tangan untuk mengajarkan konsep ilmu bumi. Kotak pasir augmented reality (AR) memungkinkan pengguna untuk membuat model topografi dengan membentuk pasir nyata, yang kemudian ditambah secara real-time oleh peta warna elevasi, garis kontur topografi, dan air simulasi. Sistem ini mengajarkan konsep geografis, geologi, dan hidrologi seperti bagaimana membaca peta topografi, arti garis kontur, daerah aliran sungai, daerah tangkapan air, tanggul, dll.
Salah satu tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembangkan sistem real augmented real-time yang terintegrasi untuk menciptakan model topografi secara fisik yang kemudian dipindai ke komputer secara real time, dan digunakan sebagai latar belakang untuk berbagai efek dan simulasi grafis. Produk akhir itu mandiri dan ideal untuk digunakan sebagai pameran langsung di museum sains. Selanjutnya, proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan meningkatkan pemahaman dan pengelolaan ekosistem danau air tawar dan proses sains bumi dengan visualisasi tiga dimensi (3 dimensi) danau dan proses DAS yang mendalam, dilengkapi oleh stasiun aktivitas sains dokumenter.
1. WebGIS
SIG juga berbentuk virtual geospasial beserta produk keluarannya juga berupa sintetis terhadap dunia nyata mengenai fenomena geografi. Dalam dunia maya, SIG yang saling terhubung melalui jaringan seperti internet hadir dalam wujud WebGIS atau WebMapping dan berbagai bentuk produk lainnya. Eksistensi SIG dalam dunia maya mendasari persepsi lahirnya koordinat geografis secara virtual pada geosocial networking maupun Internet of Think.
Indonesia sudah menerapkan prinsip cybergeografi Dimana aplikasi SIG berbasis Web sudah digunakan seperti penggunaan Software ArcGIS, tepatnya Arcgis Server, yang merupakan salah satu bentuk dasar atau platform (berbayar) dibuat oleh ESRI dan digunakan untuk membuat atau membangun aplikasi GIS berbasis internet (web). Jaringan data yang dibuat sudah cukup besar seperti adanya Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN). Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN) adalah sistem pengelolaan data spasial secara bersama, tertib, terukur, berkesinambungan, dan berdaya guna. JDSN, yang terdiri atas simpul jaringan dan penghubung berfungsi sebagai sarana pertukaran dan penyebarluasan data spasial. JDSN akan sangat bermanfaat baik bagi pemerintah maupun swasta. Integrasi data spasial akan membantu dalam melakukan analisis, seperti penanganan bencana, epidemi, maupun peta kemiskinan.
2. Geocoding, Geotagging, dan Geolocation
Jaringan geososial memungkinkan pengguna untuk dapat berinteraksi terhadap aktivitas disekitar lokasi mereka secara real-time. Layanan web peta (web mapping) dengan data dari geocoding untuk pencarian lokasi (jalan, bangunan, taman, dll) dapat menggunakan informasi geotag sebagai penanda lokasi (pertemuan, acara, atau mengulas lokasi). Mengakses informasi lokasi dapat membuat pengguna menemukan tempat yang sesuai atau kegiatan yang sedang berlangsung.Aplikasi geososial yang populer seperti yelp, gowalla, facebook places, google+ dan foursquare memungkinkan pengguna untuk berbagi lokasi mereka dan juga rekomendasi untuk lokasi tempat tertentu.
Aplikasi lainnya seperti layanan google map, google earth, Waze, layanan share location di Whatsup, BBM, Facebook, instagram dan sebagainya. Beberapa aplikasi transportasi yang berbasis Online seperti Go-jek, Grab, Uber, Naxi dan sebagainya menggunakan prinsip yang sama.
3. Kombinasi dengan Virtual Reality, Augmented Reality dan GIS
Virtual reality (VR) adalah teknologi dimana komputer menghasilkan dunia maya dan pengguna dapat berinteraksi dengannya, tentunya menggunakan perangkat khusus, sedangkan Augmented Reality (AR) adalah teknologi dimana komputer menghasilkan lapisan tambahan/komponen digital di atas sebuah realitas dan membuatnya lebih bermakna melalui kemampuan untuk berinteraksi dengan kompunen digital tersebut.
Augmented Reality dan Virtual Reality sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memberikan pengalaman virtualisasi terhadap pengguna, meskipun keduanya sedikit berbeda dalam penyampaiannya. Dengan AR, pengguna dapat terus berhubungan dengan dunia nyata dan berinteraksi dengan benda-benda virtual disekitarnya. Sedangkan VR, pengguna seperti terisolasi dari dunia nyata dan betul-betul masuk ke dalam dunia baru. Penerapan VR seperti simulasi pesawat terbang, sedangkan AR seperti Games. Perpaduan antara GIS dan AR serta VR memberikan sisi visualisasi yang baru dan unik, hal ini dapat dilihat dari beberapa aplikasi yang menggunakan prinsip integrasi tersebut, sebagai berikut.
4. AR Sandbox
AR Sandbox adalah hasil dari sebuah proyek yang didanai oleh NSF untuk pendidikan sains informal untuk danau air tawar dan sains daerah aliran sungai yang dikembangkan oleh UC Davis 'W.M. Keck Pusat Visualisasi Aktif di Ilmu Bumi (KeckCAVES), bersama dengan UC Davis Tahoe Environmental Research Center, Lawrence Hall of Science, dan ECHO Lake Aquarium and Science Center. Proyek ini menggabungkan aplikasi visualisasi 3D dengan pameran sandbox tangan untuk mengajarkan konsep ilmu bumi. Kotak pasir augmented reality (AR) memungkinkan pengguna untuk membuat model topografi dengan membentuk pasir nyata, yang kemudian ditambah secara real-time oleh peta warna elevasi, garis kontur topografi, dan air simulasi. Sistem ini mengajarkan konsep geografis, geologi, dan hidrologi seperti bagaimana membaca peta topografi, arti garis kontur, daerah aliran sungai, daerah tangkapan air, tanggul, dll.
Salah satu tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembangkan sistem real augmented real-time yang terintegrasi untuk menciptakan model topografi secara fisik yang kemudian dipindai ke komputer secara real time, dan digunakan sebagai latar belakang untuk berbagai efek dan simulasi grafis. Produk akhir itu mandiri dan ideal untuk digunakan sebagai pameran langsung di museum sains. Selanjutnya, proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan meningkatkan pemahaman dan pengelolaan ekosistem danau air tawar dan proses sains bumi dengan visualisasi tiga dimensi (3 dimensi) danau dan proses DAS yang mendalam, dilengkapi oleh stasiun aktivitas sains dokumenter.
0 Response to "Teknologi Augmented Reality (Peta Topografi Interaktif)"
Post a Comment