Jenis Kamera
Jenis Kamera
Setelah ditemukannya teknik perekaman gambar sebagai kelanjutan dari ditemukannya Pinhole Camera di tahun 1750, karena dikembangkan dengan dilengkapi lensa penangkap gambar. Lensa memang merupakan komponen utama dari sebuah kamera, baik kamera film maupun kamera digital.
Di awal perkembangannya, hanya dikenal lensa tunggal (single focal length), yang disebut juga sebagai lensa prima (prime lens) bukan lensa yang focal length-nya bisa di ubah (zoom lens) seperti yang dikenal sekarang ini. Lensa tunggal bisa dikenali dengan lensa yang diikutkan oleh penjualnya ketika membeli kamera. Biasanya lensa tunggal adalah lensa berjenis lensa normal.
Di pasaran dikenal dua macam kamera (still photo) yang beredar dengan karakteristik masing-masing, yaitu parallax camera dan single lens reflex (SLR).
1. Parallax Camera
Parallax camera memiliki bentuk yang kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku, oleh karena itu banyak yang menyebut pocket camera, dan dari arah depan bisa melihat dua lensa. Dua lensa tersebut masing-masing lensa utama yang ditempatkan tepat di tengah-tengah badan kamera, dan lensa pengintip (view finder) yang terletak di sebelah atas agak menyamping. Kamera jenis ini adalah kamera yang relative mudah dioperasikan oleh orang awam maupun oleh anak-anak sekalipun. Hanya dengan mengintip melalui lubag pengintip (view finder) tanpa ada pengaturan lain dan hanya dengan menekan tombol expose, maka terekamlah objek gambar ke dalam film atau digital (memory card) di dalam kamera.
Kamera parallax biasanya dilengkapi dengan fasilitas autofocus. Autofocus ini sangat membantu mereka yang tidak mengetahui secara baik cara mengoperasikan sebuah kamera perekam gambar. Autofocus ini juga terdapat di beberapa kamera jenis “mahal” atau canggih dengan maksud memudahkan para perekam gambar. Hampir bisa dipastikan bahwa kamera jenis parallax ini berlensa autofocus. Meskipun sebagian besar kamera parallax menggunakan lensa sudut lebar (wide angle lens) sehingga masalah fokus boleh diabaikan. Sesuai dengan sifatnya, lensa sudah lebar mempunyai area kedalaman fokus yang cukup dalam (
depth of field). Artinya, dengan lensa sudut lebar, jarak atau kedalaman fokus dimulai dari depan lensa sampai ke objek yang tidak terhingga. Hal ini juga akan memudahkan para pembuat gambar, yang tidak perlu direpotkan oleh pengaturan fokus yang terkadang rumit dan menyita waktu. Oleh karena itu bagi penggemar fotografi pemula, memiliki kamera jenis ini sudah cukup memadai dan dengan segala kemudahan yang ada, sudah bisa menghasilkan gambar yang cukup baik.
Beberapa hal yang perlu dipahami oleh setiap pengamil gambar yang menggunakan kamera jenis ini:
a. Efek Parallax
Efek parallax adalah perubahan komposisi gambar. Artinya, terdapat perbedaan letak objek antara gambar yang terlihat pada lubang pengintip (view finder) ketika mengambil foto, dengan hasil cetakan setelah film diproses atau dicetak. Efek ini sangat mengganggu behkan mengecewakan, kecuali bisa melakukan cropping atau membuat sebagian gambar.
Parallax terjadi karena untuk kamera jenis ini, digunakan dua lensa. Satu lensa untuk mengintip objek (terletak sejajar dengan lensa perekam gambar) dan satu lensa lainnya berfungsi sebagai pengambil citra (image) gambar. Karena digunakan dua lensa yang berbeda, maka terdapat pula perbedaan komposisi (arah pandangan) antara lubang pengintip dengan lensa perekam.
b. Distorsi
Distorsi adalah kesalahan gambar akibat penggunaan lensa sudut lebar (wide angle lens), yaitu gambar yang terlihat tidak wajar karena gambar menjadi lebih gemuk. Hal ini terjadi karena lensa sudut lebar terdiri atas beberapa lensa cembung yang digabung-gabung. Oleh karena itulah, beberapa hasil exposed (jepretan) kamera dengan lensa wide angle ini menyebabkan beberapa orang mengatakan bahwa wajahnya terlihat lebih gemuk dibandingkan aslinya.
c. Spesial Efek
Membuat effect pada pengambilan gambar menggunakan kamera parallax memang sulit. Bagi fotografer yang ingin membuat efek khusus, misalnya ingin membuat sebagian gambar tampak focus dan sebagian lainnya tampak out focus, tentu akan sangat sulit jika menggunakan kamera parallax. Apalagi jika fotografer tidak mempunyai pengetahuan yang memadai tentang sinematografi. Demikian jug ajika ingin mengambil foto yang ukurannya relative besar (close up) untuk objek yang relative jauh tentu tidak mungkin diambil memakai kamera jenis ini. Misalnya, kita secara sembunyi-sembunyi ingin mengambil gambar seseorang yang berada di suatu kerumunan orang yang berjarak sekitar 5 meter dari kamera, pasti kita tidak bisa mengambil barang secara besar (close up). Memang untuk kamera jenis ini, beberapa merek terkenal telah menyediakan lensa zoom, walaupun kemampuan atau ukuran lensa tele-nya sangat terbatas. Hal ini bisa kita maklumi, mengingat kemampuan autofocus sangat terbatas untuk lensa dengan sudut sempit (tele lens).
2. Single Lens Reflex (SLR)
Single lens reflex (SLR) merupakan penyempurnaan dari kamera parallax. Artinya, seluruh kelemahan kamera parallax dapat dihindari oleh SLR. SLR biasanya menggunakan teknologi yang relatif maju, dengan bahan yang bagus serta tersedianya berbagai fitur yang lebih lengkap. SLR ditandai dengan tidak digunakannya dua lensa sejajar (parallax) seperti lazimnya kamera parallax. Kamera jenis ini hanya memanfaatkan satu (1) lensa penangkap citra gambar untuk dua maksud, pertama sebagai penangkap gambar untuk direkam oleh media rekam (film/digital) dan kedua gambar objek atau citra dipantulkan melalui kaca reflector ke prisma di atasnya dan dibiaskan ke lubang pengintip (view finder).
Oleh karena itu, gambar yang terlihat melalui lubang pengintip sama posisinya dengan gambar yang direkam oleh media (film/digital video). Ukuran gambar yang bisa dilihat oleh fotografer melalui view finder atau melalui layar LCD akan sama komposisinya dengan gambar yang terekam oleh media rekamnya (film atau digital). Dengan demikian, tidak ada efek parallax.
Kamera SLR dapat dikenali dari tampilannya yang ditandai dengan adanya tonjolan berbentuk pyramid di bagian atas body kamera, tepat di atas pangkal lensa kamera. Di dalam piramida itulah terdapat sebuah prisma sebagai pembias citra gambar yang diarahkan ke lubang pengintinp atau view finder.
a. Prinsip Kerja SLR
SLR hanya menggunakan satu lensa sebagai penangkap gambar sekaligus meneruskannya ke lubang pengintip (view finder). Dalam proses pengambilan gambar, citra objek yang dikumpulkan oleh lensa diteruskan ke focal plane yaitu tempat media perekam (film/digital video). Tepat di depan focal plane kita bisa melihat adanya kaca reflector satu arah yang ditempatkan secara miring sekitar 45 derajat. Kaca ini berfungsi sebagai penutup film/digital video sekaligus pemantul citra gambar dari lensa kearah prisma yang ditempatkan tepat di atas kaca reflector.
Prisma mempunyai kegunaan untuk membiaskan citra gambar yang ditangkap dari reflector untuk diteruskan ke lubang pengintip atau view finder. Oleh karena itulah, kita tidak akan mendapatkan efek parallax jika menggunakan kamera jenis SLR. Saat ini terdapat dua jenis kamera SLR, yaitu kamera dengan media rekam film (SLR) dan kamera dengan media rekam digital (DSLR).
b. Lensa
Lensa merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah kamera. Secara teknis terdapat dua macam lensa yang beredar di pasaran, yaitu lensa tunggal (prime lens) dan lensa zoom. Lensa tunggal (prime lens) adalah lensa yang mempunyai focal length tunggal atau tidak dapat diubah karena sudah tetap (fixed). Sementara lensa zoom adalah lensa yang focal length-nya bisa diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan (disebut juga sebagai Adjustable Lens). Lensa zoom mulai beredar di pasar pada tahun 1960. Hal ini merupakan langkah maju di dunia fotografi/sinematografi karena akan sangat menyederhanakan dan memudahkan pola kerja fotografer.
Tedapat tiga jenis lensa ditinjau dari liputan dan perspektifnya. Tiga jenis lensa ini mempunyai fungsi, kelebihan dan kelemahan masing-masing.
- Lensa sudut lebar (wide angle lens)
Lensa ini merupakan lensa yang paling mudah dioperasikan. Lensa sudut lebar biasanya berukuran sekitar 15 mm, 25 mm, atau dibawah 35 mm dan merupakan lensa yang dapat menangkap gambar dengan sudut sangat lebar dan gambar yang dihasilkan relative tajam (focus).
Lensa sudut lebar (wide angle lens) mempunyai liputan seluas 20-45 derajat. Hanya saja, lensa sudut lebar ini kurang cocok untuk pengambilan gambar close up. Beberapa fotografer mengalami kesulitan membuat gambar yang baik ketika mengabadikan ekspresi seseorang secara close up, seperti foto bayi, atau ketika putra putri mereka beraksi, padahal ekspresi mereka tentu sangat baik untuk diabadikan dan dicetak berukuran besar, untuk dipajang misalnya. Untuk tujuan seperti itu, sebaiknya seorang fotografer tidak menggunakan lensa sudut lebar, tetapi memilih lensa normal atau lensa sudut sempit (tele lens).
- Lensa normal (normal angle lens)
Lensa normal biasanya berukuran (focal length) sekitar 35 mm – 50 mm. Lensa ini relative tidak menghasilkan efek distorsi, dan gambar akan terekam dengan perspektif, ukuran atau komposisi yang sesuai dengan aslinya. Lensa normal biasanya sangat baik jika digunakan untuk pengambilan gambar jarak dekat (close up), dengan hasil yang normal. Gambar normal artinya, gambar wajar (tidak distorsi) dan tidak terlihat ada kompresi latar belakang. Lensa ukuran normal, cukup baik pula untuk mengambil gambar berukuran luas (long shot), walaupun tidak bisa digunakan untuk mengambil gambar besar (close up) untuk objek yang letaknya jauh dari lensa kamera.
- Lensa sudut sempit (narrow angle lens/tele lens)
Lensa sudut sempit biasanya berukuran 50 mm ke atas sampai ribuan mm. Kegunaan lenas tele adalah untuk pengambilan gambar secara dekat (besar) close up untuk objek yang cukup jauh letaknya dari lensa kamera. Lensa sudut sempit (tele) merupakan lensa dengan tingkat kesulitan yang relative tinggi khususnya untuk memperoleh gambar tajam (focus) karena dengan sudutnya yang sempit, maka untuk merekam gambar yang relatif jauh, fotografer memerlukan penyangga lensa yang kokoh guna meghindari guncangan. Sementara, untuk merekam gambar yang objeknya bergerak cepat, fotografer juga akan sulit membuat komposisi yang baik jika menggunakan lensa jenis ini.
Semakin tinggi angka focal length lensa, maka akan semakin sempit pula sudut liputan lensanya. Untuk lensa berukuran 100 mm, liputannya hanya sekitar 5 derajat, sementara untuk lensa 150 mm hanya 3 derajat, demikian pula area ketajaman (focus) sangat tipis.
- Lensa Makro (Makro Lens)
Untuk pengambilan gambar objek dengana jarak beberapa sentimeter dari lensa, digunakan lensa macro. Lensa jenis ini bisa merekam gambar dengan tajam dan relative besar (big close up) untuk gambar kecil seperti semut atau serangga kecil lainnya. Hasil perekaman gambar memakai lensa macro biasanya dimaksudkan untuk menampakkan detil gambar. Disamping lensa macro, kini di pasaran dapat dijumpai filter macro yang berfungsi sama dengan lensa macro, yaitu untuk mengambil gambar objek yang relatif dekat dengan kamera, khususnya objek kecil.
Referensi
- Semedhi, Bambang (2011). Sinematografi-Videografi. Bogor: Ghalia.
Setelah ditemukannya teknik perekaman gambar sebagai kelanjutan dari ditemukannya Pinhole Camera di tahun 1750, karena dikembangkan dengan dilengkapi lensa penangkap gambar. Lensa memang merupakan komponen utama dari sebuah kamera, baik kamera film maupun kamera digital.
Di awal perkembangannya, hanya dikenal lensa tunggal (single focal length), yang disebut juga sebagai lensa prima (prime lens) bukan lensa yang focal length-nya bisa di ubah (zoom lens) seperti yang dikenal sekarang ini. Lensa tunggal bisa dikenali dengan lensa yang diikutkan oleh penjualnya ketika membeli kamera. Biasanya lensa tunggal adalah lensa berjenis lensa normal.
Di pasaran dikenal dua macam kamera (still photo) yang beredar dengan karakteristik masing-masing, yaitu parallax camera dan single lens reflex (SLR).
1. Parallax Camera
Parallax camera memiliki bentuk yang kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku, oleh karena itu banyak yang menyebut pocket camera, dan dari arah depan bisa melihat dua lensa. Dua lensa tersebut masing-masing lensa utama yang ditempatkan tepat di tengah-tengah badan kamera, dan lensa pengintip (view finder) yang terletak di sebelah atas agak menyamping. Kamera jenis ini adalah kamera yang relative mudah dioperasikan oleh orang awam maupun oleh anak-anak sekalipun. Hanya dengan mengintip melalui lubag pengintip (view finder) tanpa ada pengaturan lain dan hanya dengan menekan tombol expose, maka terekamlah objek gambar ke dalam film atau digital (memory card) di dalam kamera.
Kamera parallax biasanya dilengkapi dengan fasilitas autofocus. Autofocus ini sangat membantu mereka yang tidak mengetahui secara baik cara mengoperasikan sebuah kamera perekam gambar. Autofocus ini juga terdapat di beberapa kamera jenis “mahal” atau canggih dengan maksud memudahkan para perekam gambar. Hampir bisa dipastikan bahwa kamera jenis parallax ini berlensa autofocus. Meskipun sebagian besar kamera parallax menggunakan lensa sudut lebar (wide angle lens) sehingga masalah fokus boleh diabaikan. Sesuai dengan sifatnya, lensa sudah lebar mempunyai area kedalaman fokus yang cukup dalam (
depth of field). Artinya, dengan lensa sudut lebar, jarak atau kedalaman fokus dimulai dari depan lensa sampai ke objek yang tidak terhingga. Hal ini juga akan memudahkan para pembuat gambar, yang tidak perlu direpotkan oleh pengaturan fokus yang terkadang rumit dan menyita waktu. Oleh karena itu bagi penggemar fotografi pemula, memiliki kamera jenis ini sudah cukup memadai dan dengan segala kemudahan yang ada, sudah bisa menghasilkan gambar yang cukup baik.
Beberapa hal yang perlu dipahami oleh setiap pengamil gambar yang menggunakan kamera jenis ini:
a. Efek Parallax
Efek parallax adalah perubahan komposisi gambar. Artinya, terdapat perbedaan letak objek antara gambar yang terlihat pada lubang pengintip (view finder) ketika mengambil foto, dengan hasil cetakan setelah film diproses atau dicetak. Efek ini sangat mengganggu behkan mengecewakan, kecuali bisa melakukan cropping atau membuat sebagian gambar.
Parallax terjadi karena untuk kamera jenis ini, digunakan dua lensa. Satu lensa untuk mengintip objek (terletak sejajar dengan lensa perekam gambar) dan satu lensa lainnya berfungsi sebagai pengambil citra (image) gambar. Karena digunakan dua lensa yang berbeda, maka terdapat pula perbedaan komposisi (arah pandangan) antara lubang pengintip dengan lensa perekam.
b. Distorsi
Distorsi adalah kesalahan gambar akibat penggunaan lensa sudut lebar (wide angle lens), yaitu gambar yang terlihat tidak wajar karena gambar menjadi lebih gemuk. Hal ini terjadi karena lensa sudut lebar terdiri atas beberapa lensa cembung yang digabung-gabung. Oleh karena itulah, beberapa hasil exposed (jepretan) kamera dengan lensa wide angle ini menyebabkan beberapa orang mengatakan bahwa wajahnya terlihat lebih gemuk dibandingkan aslinya.
c. Spesial Efek
Membuat effect pada pengambilan gambar menggunakan kamera parallax memang sulit. Bagi fotografer yang ingin membuat efek khusus, misalnya ingin membuat sebagian gambar tampak focus dan sebagian lainnya tampak out focus, tentu akan sangat sulit jika menggunakan kamera parallax. Apalagi jika fotografer tidak mempunyai pengetahuan yang memadai tentang sinematografi. Demikian jug ajika ingin mengambil foto yang ukurannya relative besar (close up) untuk objek yang relative jauh tentu tidak mungkin diambil memakai kamera jenis ini. Misalnya, kita secara sembunyi-sembunyi ingin mengambil gambar seseorang yang berada di suatu kerumunan orang yang berjarak sekitar 5 meter dari kamera, pasti kita tidak bisa mengambil barang secara besar (close up). Memang untuk kamera jenis ini, beberapa merek terkenal telah menyediakan lensa zoom, walaupun kemampuan atau ukuran lensa tele-nya sangat terbatas. Hal ini bisa kita maklumi, mengingat kemampuan autofocus sangat terbatas untuk lensa dengan sudut sempit (tele lens).
2. Single Lens Reflex (SLR)
Single lens reflex (SLR) merupakan penyempurnaan dari kamera parallax. Artinya, seluruh kelemahan kamera parallax dapat dihindari oleh SLR. SLR biasanya menggunakan teknologi yang relatif maju, dengan bahan yang bagus serta tersedianya berbagai fitur yang lebih lengkap. SLR ditandai dengan tidak digunakannya dua lensa sejajar (parallax) seperti lazimnya kamera parallax. Kamera jenis ini hanya memanfaatkan satu (1) lensa penangkap citra gambar untuk dua maksud, pertama sebagai penangkap gambar untuk direkam oleh media rekam (film/digital) dan kedua gambar objek atau citra dipantulkan melalui kaca reflector ke prisma di atasnya dan dibiaskan ke lubang pengintip (view finder).
Oleh karena itu, gambar yang terlihat melalui lubang pengintip sama posisinya dengan gambar yang direkam oleh media (film/digital video). Ukuran gambar yang bisa dilihat oleh fotografer melalui view finder atau melalui layar LCD akan sama komposisinya dengan gambar yang terekam oleh media rekamnya (film atau digital). Dengan demikian, tidak ada efek parallax.
Kamera SLR dapat dikenali dari tampilannya yang ditandai dengan adanya tonjolan berbentuk pyramid di bagian atas body kamera, tepat di atas pangkal lensa kamera. Di dalam piramida itulah terdapat sebuah prisma sebagai pembias citra gambar yang diarahkan ke lubang pengintinp atau view finder.
a. Prinsip Kerja SLR
SLR hanya menggunakan satu lensa sebagai penangkap gambar sekaligus meneruskannya ke lubang pengintip (view finder). Dalam proses pengambilan gambar, citra objek yang dikumpulkan oleh lensa diteruskan ke focal plane yaitu tempat media perekam (film/digital video). Tepat di depan focal plane kita bisa melihat adanya kaca reflector satu arah yang ditempatkan secara miring sekitar 45 derajat. Kaca ini berfungsi sebagai penutup film/digital video sekaligus pemantul citra gambar dari lensa kearah prisma yang ditempatkan tepat di atas kaca reflector.
Prisma mempunyai kegunaan untuk membiaskan citra gambar yang ditangkap dari reflector untuk diteruskan ke lubang pengintip atau view finder. Oleh karena itulah, kita tidak akan mendapatkan efek parallax jika menggunakan kamera jenis SLR. Saat ini terdapat dua jenis kamera SLR, yaitu kamera dengan media rekam film (SLR) dan kamera dengan media rekam digital (DSLR).
b. Lensa
Lensa merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah kamera. Secara teknis terdapat dua macam lensa yang beredar di pasaran, yaitu lensa tunggal (prime lens) dan lensa zoom. Lensa tunggal (prime lens) adalah lensa yang mempunyai focal length tunggal atau tidak dapat diubah karena sudah tetap (fixed). Sementara lensa zoom adalah lensa yang focal length-nya bisa diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan (disebut juga sebagai Adjustable Lens). Lensa zoom mulai beredar di pasar pada tahun 1960. Hal ini merupakan langkah maju di dunia fotografi/sinematografi karena akan sangat menyederhanakan dan memudahkan pola kerja fotografer.
Tedapat tiga jenis lensa ditinjau dari liputan dan perspektifnya. Tiga jenis lensa ini mempunyai fungsi, kelebihan dan kelemahan masing-masing.
- Lensa sudut lebar (wide angle lens)
Lensa ini merupakan lensa yang paling mudah dioperasikan. Lensa sudut lebar biasanya berukuran sekitar 15 mm, 25 mm, atau dibawah 35 mm dan merupakan lensa yang dapat menangkap gambar dengan sudut sangat lebar dan gambar yang dihasilkan relative tajam (focus).
Lensa sudut lebar (wide angle lens) mempunyai liputan seluas 20-45 derajat. Hanya saja, lensa sudut lebar ini kurang cocok untuk pengambilan gambar close up. Beberapa fotografer mengalami kesulitan membuat gambar yang baik ketika mengabadikan ekspresi seseorang secara close up, seperti foto bayi, atau ketika putra putri mereka beraksi, padahal ekspresi mereka tentu sangat baik untuk diabadikan dan dicetak berukuran besar, untuk dipajang misalnya. Untuk tujuan seperti itu, sebaiknya seorang fotografer tidak menggunakan lensa sudut lebar, tetapi memilih lensa normal atau lensa sudut sempit (tele lens).
- Lensa normal (normal angle lens)
Lensa normal biasanya berukuran (focal length) sekitar 35 mm – 50 mm. Lensa ini relative tidak menghasilkan efek distorsi, dan gambar akan terekam dengan perspektif, ukuran atau komposisi yang sesuai dengan aslinya. Lensa normal biasanya sangat baik jika digunakan untuk pengambilan gambar jarak dekat (close up), dengan hasil yang normal. Gambar normal artinya, gambar wajar (tidak distorsi) dan tidak terlihat ada kompresi latar belakang. Lensa ukuran normal, cukup baik pula untuk mengambil gambar berukuran luas (long shot), walaupun tidak bisa digunakan untuk mengambil gambar besar (close up) untuk objek yang letaknya jauh dari lensa kamera.
- Lensa sudut sempit (narrow angle lens/tele lens)
Lensa sudut sempit biasanya berukuran 50 mm ke atas sampai ribuan mm. Kegunaan lenas tele adalah untuk pengambilan gambar secara dekat (besar) close up untuk objek yang cukup jauh letaknya dari lensa kamera. Lensa sudut sempit (tele) merupakan lensa dengan tingkat kesulitan yang relative tinggi khususnya untuk memperoleh gambar tajam (focus) karena dengan sudutnya yang sempit, maka untuk merekam gambar yang relatif jauh, fotografer memerlukan penyangga lensa yang kokoh guna meghindari guncangan. Sementara, untuk merekam gambar yang objeknya bergerak cepat, fotografer juga akan sulit membuat komposisi yang baik jika menggunakan lensa jenis ini.
Semakin tinggi angka focal length lensa, maka akan semakin sempit pula sudut liputan lensanya. Untuk lensa berukuran 100 mm, liputannya hanya sekitar 5 derajat, sementara untuk lensa 150 mm hanya 3 derajat, demikian pula area ketajaman (focus) sangat tipis.
- Lensa Makro (Makro Lens)
Untuk pengambilan gambar objek dengana jarak beberapa sentimeter dari lensa, digunakan lensa macro. Lensa jenis ini bisa merekam gambar dengan tajam dan relative besar (big close up) untuk gambar kecil seperti semut atau serangga kecil lainnya. Hasil perekaman gambar memakai lensa macro biasanya dimaksudkan untuk menampakkan detil gambar. Disamping lensa macro, kini di pasaran dapat dijumpai filter macro yang berfungsi sama dengan lensa macro, yaitu untuk mengambil gambar objek yang relatif dekat dengan kamera, khususnya objek kecil.
Referensi
- Semedhi, Bambang (2011). Sinematografi-Videografi. Bogor: Ghalia.
0 Response to "Jenis Kamera"
Post a Comment