Kepekaan ASA, DIN dan ISO
Kepekaan ASA, DIN dan ISO
Istilah ASA, DIN, dan ISO adalah satuan ukuran untuk menentukan kecepatan atau kepekaan media perekam dalam menangkap gambar (image). Di Indonesia atau negara Asia lainnya, di pasaran di dominasi oleh film buatan Jepang, yang mempunyai standar kepekaan yang dinamakan ASA. Biasanya angka yang tertera adalah ASA 100, ASA 200, ASA 400, dan seterusnya. Semakin tinggi besaran angka di belakang ASA, menunjukkan semakin peka pula filmnya. ASA 400 berarti mempunyai kepekaan 2 kali lipat jika dibandingkan dengan ASA 200, demikian juga dengan ASA 200, berarti 2 kali lipat kepekaannya dibandingkan dengan ASA 100.
Untuk pertimbangan tertentu, ASA 100 lebih baik dibandingkan dengan ASA 200 atau 400, namun disisi lain ASA yang lebih tinggi lebih bagus dibandingkan dengan ASA yang lebih rendah, demikian juga dengan kepekaan digital film yang ditandai dengan angka-angka dibelakang ISO.
Film dibuat dari perpaduan berbagai bahan kimia, khususnya garam perak (AgBr) yang dilengketkan di pita seluloid. Semakin tinggi angka ASA, semakin besar pula granulasi (butiran) garam peraknya sehingga permukaan menjadi lebih kasar dan kepekaan menjadi lebih besar. Sementara untuk ASA rendah granulasinya semakin halus, yang berakibat kepekaannya juga berkurang. Dengan demikian, untuk mengambil foto yang nantinya akan dicetak besar, lebih baik mamakai film dengan ASA berangka rendah karena lebih halus resolusinya. Sementara, jika kita gunakan ASA yang angkanya lebih tinggi, maka gambar akan mempunyai resolusi lebih rendah akibat granulasi garam peraknya lebih kasar, sehingga jika foto dibesarkan, maka akan terkesan kasar (coral).
ASA tinggi cocok sekali untuk pengambilan gambar dengan sumber cahaya yang relatif kurang seperti sore, pagi atau di dalam ruangan yang penerangannya kurang baik dan lampu kilat kita juga tidak memadai. Jepang membuat standar kepekaan dengan ASA maka di beberapa negara Eropa, kita akan mendapatkan angka kepekaan film dengan standar DIN. DIN 21 mempunyai kepekaan yang sama dengan ASA 100, sementara setiap penambahan kepekaan dua kali lipat maka angka DIN bertambah satu.
ISO adalah kepekaan lempeng digital video dalam menangkap gambar. Seperti halnya ASA dan DIN, semakin tinggi angka di belakang ISO maka semakin peka pula digital kamera dalam merekam gambar, khsususnya yang berhubungan dengan sumber cahaya. Persis seperti ASA dan DIN, semakin tinggi kepekaan digital video menangkap gambar, maka semakin rendah pula resolusinya. Hal ini disebut sebagai noisy. Gambar yang noisy diartikan sebagai gambar yang relative kurang jelas akibat kekurangan sinar atau diistilahkan sebagai under exposed. Besaran angka di belakang ISO (International Standart Organization) sama dengan besaran ASA untuk kepekaan film: ASA 100 = ISO 100, ASA 200 = ISO 200, dan seterusnya.
Istilah ASA, DIN, dan ISO adalah satuan ukuran untuk menentukan kecepatan atau kepekaan media perekam dalam menangkap gambar (image). Di Indonesia atau negara Asia lainnya, di pasaran di dominasi oleh film buatan Jepang, yang mempunyai standar kepekaan yang dinamakan ASA. Biasanya angka yang tertera adalah ASA 100, ASA 200, ASA 400, dan seterusnya. Semakin tinggi besaran angka di belakang ASA, menunjukkan semakin peka pula filmnya. ASA 400 berarti mempunyai kepekaan 2 kali lipat jika dibandingkan dengan ASA 200, demikian juga dengan ASA 200, berarti 2 kali lipat kepekaannya dibandingkan dengan ASA 100.
Untuk pertimbangan tertentu, ASA 100 lebih baik dibandingkan dengan ASA 200 atau 400, namun disisi lain ASA yang lebih tinggi lebih bagus dibandingkan dengan ASA yang lebih rendah, demikian juga dengan kepekaan digital film yang ditandai dengan angka-angka dibelakang ISO.
Film dibuat dari perpaduan berbagai bahan kimia, khususnya garam perak (AgBr) yang dilengketkan di pita seluloid. Semakin tinggi angka ASA, semakin besar pula granulasi (butiran) garam peraknya sehingga permukaan menjadi lebih kasar dan kepekaan menjadi lebih besar. Sementara untuk ASA rendah granulasinya semakin halus, yang berakibat kepekaannya juga berkurang. Dengan demikian, untuk mengambil foto yang nantinya akan dicetak besar, lebih baik mamakai film dengan ASA berangka rendah karena lebih halus resolusinya. Sementara, jika kita gunakan ASA yang angkanya lebih tinggi, maka gambar akan mempunyai resolusi lebih rendah akibat granulasi garam peraknya lebih kasar, sehingga jika foto dibesarkan, maka akan terkesan kasar (coral).
ASA tinggi cocok sekali untuk pengambilan gambar dengan sumber cahaya yang relatif kurang seperti sore, pagi atau di dalam ruangan yang penerangannya kurang baik dan lampu kilat kita juga tidak memadai. Jepang membuat standar kepekaan dengan ASA maka di beberapa negara Eropa, kita akan mendapatkan angka kepekaan film dengan standar DIN. DIN 21 mempunyai kepekaan yang sama dengan ASA 100, sementara setiap penambahan kepekaan dua kali lipat maka angka DIN bertambah satu.
ISO adalah kepekaan lempeng digital video dalam menangkap gambar. Seperti halnya ASA dan DIN, semakin tinggi angka di belakang ISO maka semakin peka pula digital kamera dalam merekam gambar, khsususnya yang berhubungan dengan sumber cahaya. Persis seperti ASA dan DIN, semakin tinggi kepekaan digital video menangkap gambar, maka semakin rendah pula resolusinya. Hal ini disebut sebagai noisy. Gambar yang noisy diartikan sebagai gambar yang relative kurang jelas akibat kekurangan sinar atau diistilahkan sebagai under exposed. Besaran angka di belakang ISO (International Standart Organization) sama dengan besaran ASA untuk kepekaan film: ASA 100 = ISO 100, ASA 200 = ISO 200, dan seterusnya.
0 Response to "Kepekaan ASA, DIN dan ISO"
Post a Comment