Arah Gambar (Screen Direction)
Televisi adalah media gerak, maka dari itu pergerakan sebuah gambar harus mempunyai sebuar arti, maksud atau motivasinya. Penjajaran gambar yang baik sangat penting artinya karena jika saja salah dalam menempatkan urutan penjajaran gambar, maka akan memiliki kesan yang lain di mata penonton.
Dalam sebuah penelitian, dikatakan
otak manusia dapat menyimpan gambar yang dilihatnya secara selintas selama lima
detik. Padahal gambar yang ditampilkan di televisi atau layar bioskop adalah
berupa potongan-potongan yang disusun secara berurutan. Dengan anggapan bahwa
otak kita dapat menyimpan gambar sekilas selama lima detik, maka perlulah
kiranya kita menjajarkan gambar secara berurutan dengan baik pula agar kita
bisa memberikan kesan tertentu kepada penonton, khususnya dalam menciptakan
alur cerita sesuai harapan.
Penjajaran gambar sesuai dengan
arah, agar gambar terlihat saling terkait atau berinteraksi inilah yang disebut
sebagai screen director. Oleh karena itu, setiap kameramen yang bertugas
mengambil gambar harus mengetahui benar apa yang disebut sebagai
prinsip-prinsip screen director, yaitu tidak mengambil gambar orang-orang yang
menghadap searah dengan pembicara utama. Dengan kata lain, semua orang yang
mendengarkan dan memperhatikan pembicara utama harus diambil berlawanan arah.
Hal terpenting yang harus diingat
sehuhungan dengan kesinambungan gambar adalah arah pandangan mata objek yang
sedang berinteraksi dan arah pergerakan objek di layar. Hal tersebut sangat
berkaitan dengan kesinambungan gambar atau screen
continuity.
1.
Arah Mata (Direction of Eyes)
Jika dua orang berbicara atau saling menatap, maka kameramen
harus mengambil gambar sesui sudut atau angle mata masing-masing. Dengan demikian,
akan tercipta suatu interaksi yang baik untuk adegan tersebut.
Contoh.
Seorang ibu yang tingginya 160 cm sedang berbicara
dengan putranya yang tingginya 100 cm, maka ketika mengambil gambar close up
ibunya, kameramen harus menyesuaikan sudut atau angle kameranya mendongak atau
mengarah ke atas sesuai pandangan putranya kepada ibunya. Sebaliknya jika close
up putranya, maka angle harus menyesuaikan arah pandangan ibunya kepada
putranya.
2.
Arah Pembicaraan (Conversation Axis)
Jika terdapat dua orang berbicara, maka kameramen harus
menarik garis as yang menghubungkan kedua pembicara tersebut. Dengan garis yang
tergambar secara imajiner tersebut, kameramen tidak boleh menyeberanginya agar
gambar tidak jumping. Artinya, jika salah satu pembicara diambil dari sisi
kiri, maka pendengar atau pembicara yang lain harus diambil dari arah
sebaliknya yaitu sisi kanan. Dengan demikian, jika gambar-gambar ini dijajarkan
maka akan tercipta suatu adegan yang saling berinteraksi.
3.
Arah Gerakan (Directionality)
Kameramen harus berupaya agar pergerakan objek dapat
terekam dengan arah yang tetap, umpamanya dari kanan ke kiri atau sebaliknya. Namun,
jika suatu cerita menuntut adanya pergerakan objek yang berbalik arah, maka
gerakan ketika berbalik harus terekam dengan baik agar penonton tidak bingung
ketika ditayangkan.
-
Jumping Shot
Adalah dua buah shot atau gambar yang tidak boleh
disambungkan karena memiliki berbagai perbedaan yang mencolok, bahkan bisa
mengacaukan alur cerita yang sedang dibangun. Jumping shot adalah sesuatu yang
harus dihindari oleh editor.
-
Stand Shot / Cover Shot
Salah satu cara untuk menghilangkan kesan jumping gambar
adalah dengan membuat atau meletakan shot netral diantara shot yang kita anggap
jumping. Shot netral ini dalam sinematografi disebut dengan stand shot. Stand shot
adalah shot yang berukuran long shot dan juga shot berukuran besar (close up)
atau big close up.
tes
ReplyDelete