Demi Waktu Asar, Bagaimana Al-Qur'an Menggambarkan Asar
Menepi untuk Merenungi Semua
Pernahkah kita merasa waktu berlalu begitu cepat, seperti pasir yang habis di sela-sela jemari?
Senja datang, hari berganti malam, dan hidup perlahan mendekati akhirnya. Dalam keheningan waktu asar, ada keindahan sekaligus peringatan, waktu terus berjalan, tak pernah menunggu atau kembali.
Hingga Allah bersumpah demi waktu asar, menjadi sebuah momen kritis yang menandai akhir siang dan awal malam, sebuah metafora yang kaya makna tentang perjalanan hidup manusia.
Bagaimana kita memaknai waktu ini? Bagaimana kita mengisi sisa umur kita sebelum semuanya berakhir? Kita coba selami lebih mendalam misteri tentang waktu asar!
Kenapa Allah sampai bersumpah atas asar?
وَالْعَصْرِ .
Demi Waktu (asar)
Huruf itu dalam bahasa Arab disebut dengan wawu al-qasam (sumpah) yang menunjukkan peringatan penting bagi kehidupan manusia.
Kalau kita bedah arti asar itu sendiri, ternyata maknanya itu dalam sekali.
Berasal dari akar kata "mengeluarkan inti" yang berarti "memeras" atau dalam konteks waktu, menggambarkan bagaimana hidup kita itu sedang "diperas" habis-habisan oleh waktu, seperti sari dari buah, hingga akhirnya habis.
Asar bukan perihal satu waktu, namun terhimpit antara terang dan gelap. Siang memeras fisik dan pikiran kita, sedang malam hanya menyisakan kelelahan.
Waktu adalah sumber daya terbatas yang terus menyusut, dan kita bergantung padanya untuk mencapai tujuan hidup, baik duniawi maupun ukhrawi. Q.S. Al-'Asr: 1
Waktu asar bukan sekadar bagian dari hari namun juga mencakup seluruh waktu. Ia adalah simbol keterbatasan, pengingat akan urgensi, dan ajakan untuk memanfaatkan setiap detik yang tersisa.
Ketika Allah SWT bersumpah atas waktu ini dalam surah Al- 'Asr, itu bukan hanya tentang sore yang damai, tetapi juga tentang inti kehidupan manusia antara siang dan malam yang telah memeras kita.
وَالْعَصْرِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسِ : وَالدَّهْرِ . قِيلَ: أَقْسَمَ بِهِ لِأَنَّ فِيهِ عِبْرَةً لِلنَّاظِرِ. وَقِيلَ : مَعْنَاهُ وَرَبِّ الْعَصْرِ ، وَكَذَلِكَ في أمثاله. واقل ابْنُ كَيْسَانَ : أَرَادَ بِالْعَصْرِ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ، يُقَالُ لَهُمَا الْعَصْرَانِ . وَقَالَ الْحَسَنُ : مِنْ بَعْدِ زَوَالِ الشَّمْسِ إِلَى غُرُوبِهَا (۲) . وَقَالَ قَتَادَةُ : آخِرُ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ النَّهَارِ (۳) . وَقَالَ مُقَاتِلٌ : أَقْسَمَ
Para mufassir mengartikannya dengan Ad-Dahru yang menunjukkan ketidak terbatasannya dan terus berulang, sedang kita terbatas. Q.S. Al-'Asr: 1
Sejarah Tentang Waktu Asyar
Orang-orang Arab dulu, kala asar tiba, berkumpul sambil saling berbagi cerita. Ada yang curhat soal nasibnya yang berat, ada yang menyalahkan dunia karena merasa hidup tidak adil, sampai yang sibuk pamer soal garis keturunan atau harta melimpah.
Waktu asar, yang seharusnya jadi momen refleksi, malah sering jadi ajang gosip dan saling membandingkan kehidupan.
Hari ini bisa dibilang tidak jauh berbeda. Misalnya, ibu-ibu berkumpul di waktu asar sambil bergosip melalui grup WhatsApp atau di depan rumah. Ada yang bercerita soal anaknya yang masuk sekolah unggulan, ada yang pamer barang branded, ada juga yang sibuk nyinyirin tetangga. Kadang, obrolan yang awalnya ringan malah berubah jadi ajang saling sindir atau adu gengsi.
Padahal, momen asar itu Allah berikan kepada kita untuk rehat sejenak, memikirkan tentang apa yang sudah kita lakukan hari ini. Bukan buat gosip atau menambah iri. Waktu yang sempit ini seharusnya membuat kita sadar; hidup itu singkat, jadi jangan buang untuk hal yang sia- sia. Q.S. Al-'Asr: 1
Kenapa kita semua telah merugi?
Ssungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian,
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ )
Ayat ini jadi tamparan keras buat kita.
Narasi yang digunakan adalah Al-Insan yang berarti seluruh manusia, dari kaya-miskin, bangsawan-rakyat jelata, orang sibuk-nganggur, cowok-cewek, semua include di dalamnya.
Disitu jelas dinyatakan bahwa kita telah merugi.
إنَّ الإنسانَ لَفِي خُسْرٍ أَي خُسْرانِ في متاجرهم ومَساعِيهِمْ وَصَرْفِ أَعْمَارِهِمْ فِي مَبَاغِيهِمُ الَّتِي لَا يَنْتَفِعُونَ بها في الآخِرَةِ بَلْ رُبَّمَا تَضُرُّ بِهِمْ إِذَا حَلُّوا السَّاهِرَةَ.
والتَّعْرِيفُ لِلاسْتِغْراقِ بِقَرِينَةِ الاستثناء، والتَّنْكِيرُ قِيلَ لِلتَّعْظِيمِ أَي في خُسْرٍ عَظِيمٍ، وَيَجُوزُ أَنْ يَكُونَ لِلتَّنْوِيعِ ؛ أَي نَوْعٍ مِنَ الخُسْرِ غَيْرِ مَا يَعْرِفُهُ الإِنْسَانُ.
Dalam tafsir al Alusi dijelaskn kalau kita tanpa menyadari terlalu sibuk dengan dunia dan tidak ingat sama sekali ada kasih sayang Allah yang selalu menyertai. Q.S. Al-'Asr: 2
Tiga Pengecualian dari Allah SWT
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّلِحَتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.
Di zaman sekarang, kita sering kejebak dalam hustle culture kejar target, kerja nonstop, mengejar validasi sosial di media.
Tapi ayat ini seperti nge-rem kita: "Eh, sadar nggak sih, yang benar-benar penting itu iman, amal, saling menasehati, dan sabar? Dunia boleh sibuk, tapi jangan lupa ada kasih sayang Allah yang selalu memberi kita waktu buat introspeksi.
Ayat ke-3 ini menunjukan "jalan keluar" agar tidak rugi secara total. Itulah bukti kasih sayang Allah. Dia tidak hanya memberi masalah, akan tetapi menyiapkan solusinya juga. Q.S. Al-'Asr: 3
Empat Jalan Keluar dari Kerugian
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّلِحَتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرَ
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.
Supaya hidup tidak sia-sia:
1. Iman; Percaya kepada Allah dan selalu mengingat Dia dalam setiap langkah hidup.
2. Amal Sholeh; Lakukan kebaikan, meskipun kecil, asal ikhlas.
3. Saling Menasehati dalam Kebenaran; Jangan takut saling mengingatkan soal kebaikan dengan cara yang lembut.
4. Saling Menasehati dalam Sabar; Hidup tidak selalu mulus, tapi saling menguatkan agar perjalanan menjadi lebih ringan. Q.S. Al-'Asr: 3
0 Response to "Demi Waktu Asar, Bagaimana Al-Qur'an Menggambarkan Asar"
Post a Comment